Kamis, 19 Agustus 2010

17 Agustus 2010 : Unpredictable Independence Day



Rencananya, saya dan suami akan datang ke kantor untuk upacara bersama (kantor kami bersebelahan- FIF dan Asuransi Astra TB Simatupang). Rara akan ditinggal di rumah saja. Lalu kami akan pulang secepatnya supaya sebagian hari libur masih jadi milik Rara . Jujur, males banget sebenernya, wong ya bukan pelajar lagi. Tapi saya jadi petugas dan harus datang pk. 06.30 pada 17 Agustus 2010.

Rencana tidak berjalan dengan lancar. Pagi itu Rara terbangun bersama saya pk.05.30 dan mewek ga bisa ditinggal sedetik pun! ga seperti biasanya. Alhasil saya mandi dengan pintu terbuka. hehe.Pakai baju dengan Rara yang ngegelantung di kaki. Diputuskan segera: Semua ikut upacara! Dua asisten saya ajak. Rara yang belum mandipun saya bawa layaknya bayi koala. Hubby dengan sigap menyetir dengan cepat (thanks God Pondok Cabe lengang) dan membawa kami selamat sampai di kantor. Wah akhirnya walau last minute. Upacara berjalan khidmat. Saya terharu saat memimpin peserta untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya sewaktu pengibaran Sang Merah Putih. Rasa malas terhempas sudah. Adanya bangga, haru biru, dan darah Nasionalisme pun berdesir.cieee

Saya pun hanya sempat mendokumentasikan foto saya dan Rara di depan tiang bendera setelah selesai upacara, dan mengajarkan hormat kepada Sang Merah Putih (tapi karena silau, jadi hormatnya ga tengadah. maapkan saya ). Pengalaman pagi di 17 Agustus ini memberi insight pada saya, untuk mengajarkan nilai kebersamaan pada Rara. Terutama pada keributan di pagi hari, masing2 anggota keluarga saya bekerja sama dan kompak, hingga saya bisa menunaikan tugas sebagai dirigen, suami bisa ikut upacara, Rara pun senang sebagai penggembira . Selain itu, kebersamaan dari keluarga kecil inilah yang akan jadi bibit untuk kebersamaan yang lebih besar, kebersamaan sebagai satu bangsa Indonesia.

Merdeka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar