Sabtu, 22 Desember 2012

Homemade Chicken Sausage

Yay! Akhirnya saya berhasil bikin sosis. Tapii....bentuknya doang yang kayak sosiss, rasanya mah masih jauh. Hahahha..

Alkisah, tertarik mencoba gegara postingannya dapur hangus (ikoo, kamuuu tanggung jawab, hobi amat sih nguprek dapur :*). Trusss...semua bahannya sih udah ada, cuman kok ya yang utama sih belum (ini mah berarti belum semua atuh ih).

Di blogpostnya dapur hangus lengkap banget, ada resep, cara membuat, tips, dan juga tempat beli casing sosis kolagennya dimana. Silakan pesen di casingsosis.com yaaa.

Akhirnya casingsosisnya juga dikirimin sama Iko, soalnya pas hubungi casingsosisnya, ternyata stoknya sedang habis, Thanks ya Iko!

Kemudian soal resep sosis, Izin dimodif ya jeng Iko Dapur Hangusss - yang kocak abis - :D

Homemade Chicken Veggie Sausage

Bahan
200gr daging ayam giling
Brokoli secukupnya 
Keju parut secukupnya
1 sdt garam
3 sdm tepung tapioka
5 sdt air es
merica secukupnya
1 sdt gula

Alat yang dibutuhkan
Benang kasur untuk mengikat dengan kuat, Casing sosis kolagen secukupnya, Plastik segitiga

Cara Membuat :
1.       Campur semua bahan jadi satu, kalau punya food processor bisa langsung dimasukkan, namun kalau tidak punya, yaa bertahap di blender  :D.
2.       Masukkan adonan sosis ke dalam plastic segitiga, semprotkan hati-hati ke dalam casing sosis kolagen sampai panjang yang diinginkan.
3.       Panggang dalam oven, dan kalau bisa posisinya digantung supaya matang merata (tidak perlu dibolak balik).
4.       Setelah matang, direbus dan kemudian setelah ditiriskan dapat disimpan di dalam freezer.


Naaaah punyaku, beginilah hasil akhirnya ketika masih di dalam oven tangkring. Not bad yah? :) Benangnya pink, dengan centilnya terikat di ragangan oven.*duh bahasa Indonesianya ragangan ki opo yah*

Kamis, 20 Desember 2012

More than Words

Dari judulnya, pasti yang lahirnya 80-an ingat dengan sebuah lagu yang dipopulerkan Extreme, paling enak kalo nyanyinya keroyokan diiringin gitar, biasanya bagian cowok yang gonjreng-gonjreng, ceweknya yang nyanyi *jadi inget jaman SMA*

Begini, cerita ini ga akan ada hubungannya sama lagu itu. Tapi that title represents my thought about my relation with others...and God.
Ini saya ngambil dari wikipedia, ternyata lagu ini tu dalem lho.

"The song was described by Bettencourt as a song warning that the phrase "I love you" was becoming meaningless: "People use it so easily and so lightly that they think you can say that and fix everything, or you can say that and everything's OK. Sometimes you have to do more and you have to show it – there's other ways to say 'I love you.'"

Sekarang cerita hubungan horizontal dulu nih. Akhir-akhir ini di kantor ada kolega yang sering banget mengumandangkan kalau ybs muak dengan kerjaannya. Teriak beberapa kali mau resign. Trus mengumbar kalau ybs tuh selama ini cuma fake aja. Ga mau bekerja lebih untuk perusahaan karena perusahaan ga cukup bayar dia. Then...Apakah doi resign? Trus berani gitu dia minta naik gaji?

Ini cocok kan dengan kalimat di atas tapi dengan konteks yang lain. Orang ini gampang banget ngucapin kata resign. Trus..jadinya meaningless..Yah...boss lo juga ga akan percaya lagi lo mau resign. Yang ada malah mungkin lo akan didorong buat resign, karena udah membawa aura negatif di lingkungan kerja. Gitu sih pemikiran saya. 
Sebenernya kan gampang ya, kalau ga suka ya tinggalin aja. Mungkin ybs akan sukses di tempat yang lain, jadi solusi buat company dan ybs menjadi WIN WIN.
Kayaknya seru juga ni bikin blog khusus psikologi industri dan organisasi. hihihihi.

Oke, sekarang ke hubungan yang vertikal. Selama masih tinggal di Jogja, saya termasuk dalam kaum beriman. Huahahah...istilahnya rohani banget seh. Maksudnyooo, dulu pas di Jogja saya rajin ke gereja, ikut kegiatan di lingkungan, termasuk aktivis juga bisa dibilang begitu *ehm*. Yang pasti, kayaknya hidup saya itu udah lengkap banget. Tuhan selalu mencukupkan. Bahkan saya sudah dalam tahap : kalau ga terkabul, ya mungkin Tuhan bukan ga mau ngasi, tapi sedang siapkan jalan lain. *padahal waktu itu udah terlunta-lunta, sedih banget gagal ujian masuk S2 sampe 2  kali* .Menurut saya *ini menurut saya lho*, waktu itu semua karena segala bentuk "kerajinan" saya untuk menyapa Tuhan. 

Sekarang? Ngaku *polos dan jujur* , saya jarang banget misa. Udah gitu, kegiatan lingkungan juga masih sering bolos *blame promo Permata buy one get one buat nonton di Teras Kota*. Dan..toh Tuhan masih "baik" kok sama saya. Terutama masih suka ngasih keberuntungan ke saya *sombong menang giveaway*.*maap Tuhan*.
Menurut saya *lagi*, ini bukan karena kuantitas lagi, tapi karena kualitas. 

Quotes soal lagu di atas itu menggambarkan kejadian saya hari ini. Sudah berminggu-minggu, saya ada kerjaan di kantor yang ga putus-putus. Dan it makes me frustrated, and almost quit. Tapi...setiap saya dalam keadaan seperti ini, pasti saya berdoa *wajar ya manusia tiap butuh pasti larinya ke Tuhan deh ;p*. Bener-bener ga tau solusinya, apalagi lagi rame-ramenya nyiapin Natalan di kantor, yang mana saya jadi PIC koornya. Ditambah lagi asisten mendadak pulang kampuang. Wah....rasanya pengen berguru sama mommies yang pernah ngalamin kayak gini, mau nanya kudu ngapaiiin. And the days coming...20-12-2012, meeting terakhir dengan bos. Pokoknya saya cuma minta, Bos Besar moodnya bagus. Supaya cepat ada hasil, dan saya ga diomelin lagi "sekolahnya dimana sih?". Semaleman saya udah ngerjain simulasi supaya hasilnya ciamik, bangun jam 2 pagi ngelembur di rumah ditemenin hubby yang sambil beres2 laci. hihihi.

Then...apa yang terjadi...? It works. Meeting lancar walau ada kerikil kecil, tapi...puassss.
Dan memberi saya insight...emang bener Tuhan bilang, mintalah maka kamu akan diberi. Tapii...usaha juga perlu., jangan sebatas doa. kita harus bisa "more than words"